Sabtu, 16 Julai 2016

KISAH 4 LILIN

Ada 4 lilin yang menyala sedikit demi sedikit mulai meleleh
Dan terdengar kisah...


Lilin 1
 
Aku adalah DAMAI 
Tetapi manusia tidak menjaganya lebih baik sebab itu aku ingin redupkan diriku.. 
Maka matilah lilin 1

Lilin 2
Aku adalah IMAN
Aku tak berguna lagi bagi manusia..
Mereka tak mau mengenalku lebih baik aku tak mau menyala lagi..
Lalu matilah juga lilin 2


Lilin 3
Aku adalah CINTA
Namun aku mungkin tak berguna lagi..
Manusia saling membenci, menyakiti, memusuhi dan tak mengasihi lagi sesamanya..
Lebih baik aku matikan saja nyalaku..
Maka lilin ke3 pun redup


Tiba tiba anak kecil masuk,,karena gelap ia pun berteriak kencang
“Kenapa kalian takut? Kenapa mati?”
Aku takut gelap. Sambil menangis bersedih...


Maka berkatalah lilin 4
kepada anak kecil itu
Hai anakku sayang..
Kenapa menangis..?
Masih ada aku..
Mari kita menyalahkan ketiga-tiga lilin itu yang telah redup mati...
Maka anak itu mengambil lilin 4 dan menyalahkan ketiga-tiga lilin itu
Maka TERANGLAH LAGI kembali lilin semua
lebih terang dari sebelumnya


Lilin 4  
Aku adalah HARAPAN
Selama masih ada harapan 

Lilin-lilin yang lain tak akan padam CAHAYANYA untuk menyala lagi..

NEVER GIVE UP
GOD BLESS YOU.

MASIH ADA PELANGI SEHABIS HUJAN

Petikan dari group WA

Orang bijak berkata, bahwa di setiap kehidupan yang kita jalani, selalu ada asam garam, pahit manis, suka dan duka. Masing-masing kejadian yang pernah kita alami selalu memiliki hikmahnya. Demikianlah yang selalu dirancang oleh Tuhan, di dalam kejadian burukpun kita masih mendapatkan sesuatu yang manis darinya.


Seringkali kita menyalahkan Tuhan, bilamana ada kejadian yang membuat kita merasa sedih dan kecewa. Apalagi jika kejadian tersebut berulangkali menimpa kita. Misalnya saja, Anda kehilangan pekerjaan karena suatu hal yang bukan kesalahan kita, kemudian kekasih Anda tiba-tiba menghilang dan kata putus yang diucapkannya, sialnya lagi handphone kesayangan dicopet orang. Mungkin saja kejadian itu menimpa Anda saat ini. Dan Anda merasa sebagai orang tersial di dunia.

Namun, lihat lebih dalam lagi, itu di sana ada sesuatu yang manis yang tersimpan rapi. Anda boleh kehilangan pekerjaan, tetapi Anda pasti menemukan yang baru.

Bayangkan saja jika Anda terus tinggal di tempat yang membuat Anda tidak nyaman dalam bekerja, bagaimana mungkin Anda mampu meraih semua impian Anda? Jika memang si dia ingin meninggalkan Anda, kini Anda tak perlu bertanya-tanya lagi mengapa si dia kurang perhatian kepada Anda, tak perlu juga Anda marah-marah kepadanya saat ia seringkali tak menepati janjinya, terbukti sekarang jika memang dia bukan yang terbaik untuk Anda.

Kalaupun handphone kesayangan Anda hilang di saat yang bertepatan, tak perlu menunggu lama. Seiring pekerjaan baru yang Anda songsong ada handphone tipe baru yang bisa Anda beli. Ya, mengapa tidak? Anda bisa meraih apa yang Anda ingin selama memang Anda memiliki niat yang kuat.

Lagipula percaya saja, bahwa Tuhan Yesus tak pernah meninggalkan kita dengan tangan kosong saat harus maju berperang. Pastinya perisai terkuat dan senjata tercanggih telah dipersiapkan-Nya. Jadi mengapa masih takut untuk maju? Yukk, bangkit dari keterpurukan Anda, berdiri dan mulailah berjalan lagi.

Masih banyak kerikil tajam di depan yang harus disapu dan disingkirkan.

"KITA KAWAN SAMPAI KAPANPUN"

3 Juni 2016 By Vita Novianti
Artikel ini merupakan karya peserta kompetisi menulis #CintaDalamKata yang diadakan oleh IDNtimes.com. 

Teruntuk Sahabat yang Selalu Aku Banggakan: “Kita Kawan Sampai Kapanpun” Tuhan mengirimiku sahabat terbaik yang pernah ada dalam kehidupanku.

Hai kawan, sudah berpuluh-puluh jam kita lewatkan tanpa bertatap muka sejak 2013 silam. Sedikit basa-basi, apa kabarmu di sana? Bagaimana kau melalui hari-harimu tanpa kehadiran temanmu ini? Apakah kecantikanmu lebih merona dari terakhir kita berjumpa? Tersenyumlah sayang, tapi semua kata-kata ini tertulis dengan tulus dari lubuk hati yang paling dalam. Tertawalah terbahak-bahak, biar kubayangkan lengkungan manis bibirmu dalam benakku.
 Hari-hariku begitu kosong tanpa kehadiranmu. Aku merindukan kebersamaan kita yang telah hilang. Jika kau bertanya dalam hatimu tentang diriku, aku baik-baik saja, namun sangat merindukan waktu-waktu indah yang pernah kulalui bersamamu. Saat-saat kita tertawa, saat-saat membicarakan hal-hal tidak penting, saat-saat menangis bersama, semuanya sangat kurindukan. Aku tidak pernah membayangkan betapa hari-hariku ini akan sangat kosong tanpa kehadiranmu. Kau bilang ini gombal? Biarkanlah, karena kegombalan ini hanya bisa kulakukan saat wajahmu tidak bisa kulihat secara langsung. Saat kita berpisah, kau sangat mengetahui bahwa kondisi batinku ini sedang hancur. Bukan karena patah hati ataupun dicampakkan kekasih, karena kau tahu temanmu ini adalah jomblo sejati. Kejiwaanku ini sedang Tuhan uji dengan kesakitan yang bernama depresi, dan aku sangat mengetahui betapa tanpa lelahnya dirimu berjuang untuk membantuku bangkit dari keterpurukan ini. Dengan semangat pantang menyerah dan tanpa menghiraukan kesakitan yang kau alami dengan melihat keadaanku, kau tetap mencoba dan mencoba membuatku berdiri tegak seperti sedia kala. Kawan, keadaanku tak jauh lebih baik dari yang dulu. Aku yang sekarang adalah selemah-lemahnya diriku. Kau penasaran dengan diriku yang sekarang? Tak jauh berbeda kawan. Hatiku masih belum pulih dari penyakit itu, penuh luka karena lelah akan penilaian orang terhadapku. Terkadang air mata ini sulit terbendung. Andaikan kau ada di depanku, ingin rasanya berbagi rasa denganmu, memelukmu, dan menangis sekeras mungkin di hadapanmu. Aku yang dulu adalah aku yang selalu berusaha kuat dan menyembunyikan kesakitanku. Tapi aku yang sekarang, yang sedang menulis surat untukmu, adalah selemah-lemahnya diriku yang tak sanggup menggunakan topeng ketegaran seperti dulu. Malukah kau dengan diriku yang sekarang kawan? Senyuman saja sangat jarang menghiasi wajahku yang biasa-biasa ini, apalagi untuk tertawa terbahak-bahak. Jika boleh kupinta, meskipun kau malu dengan keadaanku yang belum berubah, maukah kau tetap menjadi sahabatku? Biarkanlah aku tak bisa kau banggakan di depan orang-orang, tapi bolehkah kau membiarkanku membanggakanmu di depan khalayak ramai? Tak henti-hentinya aku membanggakanmu.

Kau adalah sahabat terbaik yang pernah Tuhan kirimkan padaku. Dalam hati kau pasti bertanya, “Apa yang bisa kau banggakan dari diriku?”. Kau ingin tahu? Tentu sangat banyak yang bisa kubanggakan darimu, tapi akan kusebutkan beberapa yang membuatku bangga memiliki kawan sepertimu. Kau selalu ada di setiap hari-hari bahagiaku, tapi kau juga ada di setiap hari-hari terburukku. Kau tidak pernah lelah menasehatiku demi kebaikanku, padahal aku yakin kesabaran manusia itu ada batasnya, kau pun juga begitu kan? Kau rela menempuh ribuan kilometer untuk mengunjungiku disaat tak ada kabar yang kau dengar dariku, padahal kau sembunyikan kenyataan bahwa kau baru saja sembuh dari sakit. Kau, terlalu banyak hal yang bisa kubanggakan pada dirimu kawan. Dari tiga hal diatas saja, aku sudah bisa membanggakanmu di depan banyak orang “Lihatlah! Tuhan mengirimiku sahabat terbaik yang pernah ada di kehidupanku! Apakah kalian memiliki sahabat seperti dia? Meskipun aku berpenyakit hati, tapi dia tak pernah meninggalkanku!”. Berlebihan? Biarlah. Anggaplah rasa banggaku ini sebagai bentuk rasa syukurku pada Tuhan karena mempertemukanku denganmu di dunia ini. Melewati ujian Tuhan ini, aku menyadari bahwa Tuhan sebetulnya sedang menunjukkan arti kawan yang sesungguhnya untukku. Sekiranya kelak saat di surga kau tak bertemu denganku, maukah kau menanyakan keberadaanku pada Tuhan?
Teringat pesan seorang ulama yang berpesan kepada sahabatnya sambil menangis, “Jika kau tidak menemuiku di surga bersamamu, maka tolong tanyakan kepada Allah tentang aku; Wahai Tuhan kami, sahabat kami sewaktu di dunia selalu mengingatkan kami tentang Engkau, maka masukkanlah dia bersama kami di surga”. Sehubungan dengan pesan tersebut, Allah pun menjawab, “Pergilah ke neraka, lalu keluarkanlah sahabat-sahabatmu yang di hatinya ada iman, walau hanya seberat zarrah”. Sekiranya kelak saat di surga kau tak bertemu denganku, maukah kau menanyakanku? Aku pun demikian, akan kucari kau dan mengajakmu ke surga, kita reunian di surga dengan kebahagiaan abadi. Pasti kau berpikir “Yakin masuk surga?”. Ayo berjuang bersama, bukankah tempat tinggal abadi yang kita cita-citakan hanyalah surga? Jelas aku bukanlah manusia sempurna, tapi aku akan berusaha memperbaiki diri agar kita bisa bertemu di tempat indah tersebut. Di dunia sangatlah sulit bagi kita untuk bertemu dan belum tentu Tuhan memberi kita cukup waktu untuk bersua. Tapi bukankah begitu istimewa apabila kita reunian di surga bersama orang-orang terbaik pilihan-Nya? Ah, membayangkannya saja terasa sangat indah ya kawan. Hingga saat ini, aku selalu mengingat pesan darimu: “Kita kawan sampai kapanpun”. Kawan, aku akan terus berjuang melawan depresi ini. Meskipun kita tidak saling menghubungi, tapi aku yakin hati kita tetap Tuhan persatukan dengan ikatan-Nya. Jangan pernah lelah denganku karena aku sangat berterima kasih atas segala hal yang kau lakukan untukku. Aku lelah padamu?
Hei, seingatku selama ini yang membuat masalah hanya aku saja. Kau? Ah, kau terlalu baik untuk menyembunyikan masalahmu di depanku. Di masa mendatang, jangan kau ragu berbagi keluh kesahmu padaku, karena aku pun akan selalu ada di saat bahagia dan sedihmu. Kita kawan sampai kapanpun, itu yang kau ajarkan. Meskipun maut kelak memisahkan, semoga Tuhan perkenankan kita berkumpul di surga-Nya. Aku akhiri surat ini dengan mengatakan ,“Aku mencintaimu karena Allah kawan”.