Selasa, 26 Januari 2016

DEMAM



Sely  :  "Halo, selamat pagi".
Eli    :  "Halo, selamat pagi, ini siapa ya?".
Sely  :  "Sely, Eli!"
Eli    :  "Oh Sely. Ada apa ya?"
Sely  :  "Saya mau beritahu, hari ini saya tidak masuk kelas".
Eli    :  "Oh, mengapa kamu tidak masuk kelas?"
Sely  :  "Iya nih, saya lagi demam. Jadi tolong sampaikan ke
             guru yang mengajar hari ini kalau saya ijin tidak bisa
             ikut pelajaran hari ini".
Eli    :  "Oh, begitu. Baiklah nanti saya sampaikan.
             Saya doakan semoga kamu cepat sembuh".
Sely  :  "Amin, terima kasih ya, Eli. Salam buat teman-teman
             ya. Sudah dulu ya, saya mau ke dokter nih!"
Eli    :  "Ya, hati-hati, ya!"

Inti percakapan dalam telepon di atas membicarakan tentang Sely yang sedang sakit (demam), dan hendak pergi ke klinik untuk berjumpa dokter.

BERANI BERMIMPI

Alkisah, disebuah desa ada satu sekolah dasar. Hanya sedikit muridnya karena kebanyakan anak-anak membantu orang tuanya mencari nafkah. Suatu hari, guru bahasa Indonesia di sekolah itu sedang memberi pelajaran mengarang. Setelah dijelaskan cara-cara mengarang cerita, guru itu memberi pekerjaan rumah. "Anak-anak, pekerjaan rumah hari ini adalah mengarang dengan judul cita-citaku. Besok, hasil karangan kalian dibaca di depan kelas satu persatu".

Keesokan harinya, murid-murid maju kedepan kelas dan membacakan karangannya masing-masing. Lalu, tiba giliran seorang murid yang bertubuh kurus kecil, tapi suaranya sangat lantang. "Kalau aku sudah dewasa, aku ingin punya rumah besar dengan pondok-pondok kecil sekelilingnya untuk tempat peristirahatan. Berderet pepohonan dan taman yang indah tertata apik dengan beraneka bunga dan warna. Saya ingin jadi orang sukses dan bahagia bersama dengan keluarga tercinta".

Mendengar suara lantang si murid, spontan seisi kelas teryawa bersamaan. "Dasar pemimpi...!" ejek murid yang lain. Melihat kegaduhan itu, si guru jadi marah-marah. Ia menganggap, biang kerok kegaduhan adalah si murid kecil. Si guru menegurnya, "Yang kamu tulis bukan cita-cita, tapi itu impian yang tidak mungkin tercapai. Kamu harus tulis ulang tentang cita-citamu", perintah sang guru.

"Guru, ini adalah cita-citaku bukan mimpi", ujar si kecil. Besok kamu harus bawa karangan yang baru jika tidak kamu perbaiki kamu akan mendapat nilai jelek", si guru mulai mengancam. Karena sikapnya yang keras kepala dan tidak mau mengikut perintah guru, akhirnya ia mendapat nilai paling jelek di kelas.

Tanpa terasa waktu terus berjalan. Dua puluh tahun kemudian, si guru dan murid-murid berdecak kagum. Kebun itu ternyata dilengkapi dengan sebuah rumah besar bak istana, tinggi menjulang megah dan sangat indah arsitekturnya. "Orang yang membangun istana ini pasti orang yang sangat hebat..", gumam si guru terkagum.

Mendengar ucapan itu, si guru terpana dan teringat siapa yang berdiri di depannya. Dia adalah si murid kecil yang keras kepala yang mendapat nilai jelek waktu itu. Sekarang dia telah menjelma menjadi pengusaha yang sangat sukses.

KALAU KITA MAU MENYADARI, PERUBAHAN TERJADI KARENA ADA ORANG-ORANG KECIL YANG TANGGUH DAN PANTANG MENYERAH.