Keesokan harinya, murid-murid maju kedepan kelas dan membacakan karangannya masing-masing. Lalu, tiba giliran seorang murid yang bertubuh kurus kecil, tapi suaranya sangat lantang. "Kalau aku sudah dewasa, aku ingin punya rumah besar dengan pondok-pondok kecil sekelilingnya untuk tempat peristirahatan. Berderet pepohonan dan taman yang indah tertata apik dengan beraneka bunga dan warna. Saya ingin jadi orang sukses dan bahagia bersama dengan keluarga tercinta".
Mendengar suara lantang si murid, spontan seisi kelas teryawa bersamaan. "Dasar pemimpi...!" ejek murid yang lain. Melihat kegaduhan itu, si guru jadi marah-marah. Ia menganggap, biang kerok kegaduhan adalah si murid kecil. Si guru menegurnya, "Yang kamu tulis bukan cita-cita, tapi itu impian yang tidak mungkin tercapai. Kamu harus tulis ulang tentang cita-citamu", perintah sang guru.
"Guru, ini adalah cita-citaku bukan mimpi", ujar si kecil. Besok kamu harus bawa karangan yang baru jika tidak kamu perbaiki kamu akan mendapat nilai jelek", si guru mulai mengancam. Karena sikapnya yang keras kepala dan tidak mau mengikut perintah guru, akhirnya ia mendapat nilai paling jelek di kelas.
Tanpa terasa waktu terus berjalan. Dua puluh tahun kemudian, si guru dan murid-murid berdecak kagum. Kebun itu ternyata dilengkapi dengan sebuah rumah besar bak istana, tinggi menjulang megah dan sangat indah arsitekturnya. "Orang yang membangun istana ini pasti orang yang sangat hebat..", gumam si guru terkagum.
Mendengar ucapan itu, si guru terpana dan teringat siapa yang berdiri di depannya. Dia adalah si murid kecil yang keras kepala yang mendapat nilai jelek waktu itu. Sekarang dia telah menjelma menjadi pengusaha yang sangat sukses.
KALAU KITA MAU MENYADARI, PERUBAHAN TERJADI KARENA ADA ORANG-ORANG KECIL YANG TANGGUH DAN PANTANG MENYERAH.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan